“Memang Ayah Sudah Jadian?”


“Memang Ayah sudah jadian?” begitu polos kamu bertanya saat Ayah memintamu memanggil “Mama” kepada perempuan yang satu ini.
Perjalanan kita ke Jogja untuk mengantarmu berlibur bersama adikmu sekaligus menjadi perjalanan cinta Ayah dan Mama menuju pernikahan suci. Ayah meminta restu Mbok Tua dan Pak Tua (kakek-nenekmu di Jogja) untuk menikah lagi sekaligus mengenalkan Mama kepada mereka. Dari Jogja, Ayah dan Mama melanjutkan perjalanan ke Banyumas setelah mengantongi izin dari kakek-nenekmu. Di Banyumas itulah Ayah dan Mama langsung melakukan akad nikah meski tanpa prosesi lamaran seperti yang biasa dilakukan pasangan menjelang pernikahan mereka. Waktu yang serba kilat membuat Ayah dan Mama tidak langsung menikah resmi secara tertulis di KUA alias nikah siri. Yang penting kami sudah menjadi pasangan sah secara syariat di hadapan Allah Swt. Kami tidak ingin melakukan pacaran karena hal itu dilarang dalam Islam. Itu sebabnya kami memilih jalan pintas asal tidak melanggar aturan Allah Swt. Toh setelah ini kami akan langsung mengurus surat-surat dalam proses nikah resmi di KUA.
Semua memang tampak begitu cepat. Ibumu meninggal bulan Oktober, Desember awal Ayah dan Mama berkenalan via internet lalu kemudian menikah akhir Desember. Semua menjadi lancar karena kalian berdua (anak-anak Ayah) sepertinya tidak berkeberatan dengan kehadiran seorang perempuan seperti Mama untuk menjadi pengganti ibumu. Dhimas, adik lelakimu, juga tampak enjoy saja dengan kehadiran Mama. Itu membuat hati Mama lega. Bagaimana pun perasaan kalian buat Mama adalah prioritas. Seandainya kalian tidak merestui Mama sebagai istri Ayahmu sekaligus menjadi ibu buat kalian, Mama pasti akan lebih memilih mundur.
          Entah karena kamu dan adikmu memang merasa tidak memiliki pilihan selain menerima Mama sebagai ibumu atas perintah Ayahmu, atau memang kalian benar-benar menerima Mama, yang pasti akhirnya Allah Swt. menyatukan Mama dan Ayah sebagai orang tua kalian. Inilah babak baru untuk kita sayang, ada Ayah, adikmu Dhimas, kamu, dan Mama sebagai sosok baru dalam kehidupan kalian. Semoga Allah Swt. menyatukan kita dalam satu keluarga utuh yang selalu berada di jalan Allah dan dalam balutan kasih sayang-Nya. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saat Kamu Curhat

Mama Bermain Bola? Lucu Kali, Ya?

Lomba Lari